Diam-Diam Ada Saham Bank Melesat 200%

Foto: Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (23/6/2025). (CNBC Indonesia/ Faisal Rahman)

Saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) bergerak melawan arus. Saat kebanyakan saham-saham bank mengalami tekanan tahun ini, BNLI sudah melesat lebih dari 200% sepanjang tahun berjalan (ytd).

Berdasarkan data pasar, saham BNLI mengawali tahun ini di level 970. Pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu (25/6/2025), BNLI bertengger di level 2.960. kapitalisasi pasar BNLI pun sudah terkerek hingga mencapai Rp 106,1 triliun.

Sebagai perbandingan BRIS yang merupakan bank keenam terbesar di Indonesia memiliki kapitalisasi pasar Rp 116,5 triliun. Bank Permata, berdasarkan laporan keuangan kuartal I-2025 merupakan bank dengan aset terbesar ke-9.

Adapun volume perdagangan BNLI terbilang kecil. Sepanjang tahun ini tercatat ada 4 broker yang paling banyak melakukan pembelian emiten milik Bangkok Bank tersebut.

Maybank Sekuritas Indonesia tercatat sebagai broker dengan pembelian terbanyak atau 446.357 lot, senilai Rp 80,4 miliar. Rata-rata pembelian Maybank berada di posisi Rp 1.845.

Lalu BRI Danareksa tercatat melakukan pembelian sebanyak 12.418 lot dengan nilai Rp 3,5 miliar. Rata-rata harga pembelian berada di level Rp 2.284. Verdhana Sekuritas menjadi broker dengan rata-rata harga pembelian tertinggi, yakni Rp 2.499. Akan tetapi nilai transaksi terbilang kecil, yakni Rp 75,9 juta atau 302 lot.

Analis Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menilai lonjakan saham BNLI didorong oleh kombinasi dari fundamental yang membaik, narasi pertumbuhan jangka panjang, dan sentimen pasar yang kuat.

"Ada pula sentimen pasar seperti spekulasi bahwa BNLI akan naik kelas menjadi bank KBMI IV, serta rumor potensi masuk ke indeks global seperti MSCI," katanya, Rabu (25/6/2025).

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pada Oktober 2024, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berharap Permata Bank terus mengembangkan diri dan naik kelas ke bank KBMI 4.

"Kami mengapresiasi kontribusi Permata Bank dan Bangkok Bank selama ini, dan kedepannya berharap akan terus mengembangkan diri menjadi bank yang semakin memberikan konstribusi kepada sistem perbankan Indonesia, termasuk peningkatan permodalan menuju bank KBMI 4," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae.

Pada kuartal I-2025 total ekuitas Permata Bank sebesar Rp 43,5 triliun. Artinya bank masih membutuhkan Rp 26,5 triliun untuk naik kelas menjadi bank kasta tertinggi di Indonesia.

Kendati dalam tren positif, Ekky menilai investor perlu hati-hati terhadap saham BNLI. "Namun saya kira penting juga mencermati bahwa kenaikan harga BNLI sangat agresif, dan saat ini valuasinya mulai mendekati bank besar lain (Top 20 Market cap), sehingga investor perlu tetap berhati-hati dan memperhatikan perkembangan kinerja ke depan," katanya.

Pada tahun lalu, BNLI membukukan laba Rp 3,6 triliun, naik 38% secara tahunan (yoy). Akan tetapi pada kuartal I tahun ini, bank mengalami kontraksi laba sebesar 2,27% yoy.

Terpisah, Analis Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menilai, selain ekspektasi terhadap kinerja, saham BNLI melesat seiring dengan pelepasan 3,47 miliar saham Bangkok Bank untuk memenuhi ketentuan free float lebih dari 7,5%. "Hal ini memberikan ruang investor retail hingga institusi dan mendorong likuiditas," katanya.

Pada Juli 2024, Bangkok Bank tercatat masih menggenggam 98,71% saham BNLI dan publik hanya 1,29%. Dalam data terbaru atau Mei 2025, kepemilikan publik meningkat menjadi 10,88% dan saham Bangkok Bank terdilusi menjadi 89,12%.